ringkasan cerita robohnya surau kami
UNSURINTRINSIK : • Tema :Tema cerpen ini adalah seorang kepala keluarga yang lalai menghidupi keluarganya. • Amanat : 1) jangan cepat marah kalau diejek orang, 2) jangan cepat bangga kalau berbuat baik, 3) jangan terpesona oleh gelar dan nama besar, 4) jangan menyia-nyiakan yang kamu miliki, dan. 5) jangan egois. • Latar. -Latar Tempat.
Bagaimanakeberadaan unsur2 intrinsik dari cerpen Robohnya Surau Kami – 19486175. Dia senantiasa bersujud bersyukur memuji dan berdoa kepada Tuhannya. Cerpen Robohnya Surau Kami karya AA. Hal ini dapat dilihat dari unsur-unsur intrinsik dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran.
AA. Navis adalah sastrawan dan budayawan terkemuka di Indonesia. Ia menjadikan menulis sebagai alat dalam kehidupannya untuk menyinggung apa-apa yang dilihatnya. Karya sastranya yang terkenal adalah cerita pendek yang berjudul, ‘Robohnya Surau Kami’. A.A. Navis biasa dijuluki dengan sebutan ‘Sang Pencemooh’.
ResensiBuku Factfulness. Bersikap over-reacting dan mendramitisir segala hal dapat membuat kita stress dan tidak lagi berfikir secara rasional, buku ini menjelaskan tentang bagaiman sebisa mungkin kita dapat menghindari hal tersebut. “ the stres-reducing habit if only carrying opinios for which you have strong supporting facts.
Tulislahringkasan cerita pendek berjudul Robohnya Surau Kami karya A.A Navis. Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya.
Site De Rencontre Pour La France. Sudut pandang dari cerpen RSK karya Navis adalah “Aku tokoh tambahan”. Tokoh aku hadir untuk untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedang tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Setelah cerita tokoh utama habis, tokoh aku tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berenti di dekat Dan di pelataran kiri suaru itu akan Tuan temui orang tua yang biasanya duduk di saman dengan segala tingkah ketuannya dan ketaatannya beribadat. 54 Ibid., hlm. 5. 55 Ibid., hlm. 12. 56 Ibid., hlm. 13. 57 Ibid., hlm. 1. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Dari kutipan di atas terlihat bahwa tokoh Aku disini berperan sebagai pengantar cerita dalam memperkenalkan tokoh utama yaitu tokoh Kakek. Selain itu tokoh Aku juga menjadi pengantar pembaca untuk memasuki ke dalam cerita yang akan diceritakan langsung oleh tokoh utama tersebut. Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah Tapi aku tak perlu menjawabnya lagi. Sebab aku tahu , kalau Kakek sudah membuka mulutnya, dia takkan diam lagi. Aku biarkan Kakek dengan pertanyaanya Setelah tokoh utama berkisah sendiri mengenai pengalamannya secara langsung, tokoh Aku hadir kembali di akhir cerita untuk menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi selanjutnya pada tokoh utama dalam cerita ini. Demikianlah cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan “Astaga! Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang 3. Alur 58 Ibid. 59 Ibid., hlm. 2. 60 Ibid., hlm. 4. 61 Ibid., hlm. 12. 62 Ibid., hlm. 13. Pada tahap penyituasian situation, kisah dimulai ketika Aku bertemu Tuan dan bercerita mengenai surau yang sebetar lagi akan roboh karena Kakek sudah tiada lagi sehingga tak ada yang merawatnya lagi. Tapi Kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya... 63 Jika Tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah Pada tahap pemunculan konflik generating circumstances dimulai ketika tokoh Aku bertemu Kakek yang sedang murung, tidak seperti biasanya yang selalu bergembira ketika bertemu tokoh Aku. Sekali hari aku datang pula mengupah kepada Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimaku, karena aku suka memberi uang. Tapi sekali ini Kakek begitu Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan pernah salam tak disahutinya seperti saat itu. Kemudiang aku duduk di sampingnya dan aku jamah pisau itu. Dan aku tanya Kakek, “Pisau siapa, Kek?” “Ajo Sidi.”67 Pada tahap konflik yang semakin meningkat ditandai ketika tokoh Kakek mempertanyakan kesalahan atas tindakannya selama ini yang menurut bualan Ajo Sidi adalam manusia terkutuk. Tokoh Kakek pun mengalami konflik batin. ... “Apa ceritanya, Kek?” “Siapa?” 63 Ibid., hlm. 2. 64 Ibid. 65 Ibid. 66 Ibid., hlm. 2—3. 67 Ibid., hlm. 3. “Ajo Sidi.” “Kurang ajar dia,” Kakek menjawab. “Kenapa?” “Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggoroh tenggorokannya.” “Kakek marah?” “Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah begitu lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak ‗Alhamdulillah’ kataku bila aku menerima karunia-Nya. ‗Astagfirullah kataku bila aku terkejut. ‗Masya Allah’, kataku bila aku kagum. Apa salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia Pada tahap klimaks, tokoh Kakek tidak kuat lagi akan konflik yang terjadi dalam dirinya. Pemuncakkan konflik tersebut tokoh Kakek menangis dan menceritakan bualan dari Ajo Sidi. “Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kiranya.”70 Dan aku melihat mata Kakek berlinang aku jadi belas kepadanya. Dalam hati aku mengumpati Ajo Sidi. Tapi aku lebih ingin mengetahui apa cerita Ajo Sidi yang begitu memukul hati Kakek. Dan akhirnya Kakek bercerita Akhirnya tokoh Kakek bunuh diri sebagai tahap penyelesaian dari cerita ini. “Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur.”72 68 Ibid., hlm. 4. 69 Ibid., hlm. 5. 70 Ibid. 71 Ibid. 72 Ibid., hlm. 13. 4. Latar Latar tempat pada cerpen Robohnya Surau Kami tidak di jelaskan secara tersurat tetapi ada beberapa indikasi yang menunjukan latar tempat dari cerita tersebut. Kata garin kata asli dari bahasa daerah Padang yang artinya penjaga surau atau orang yang suka azan di surau atau mushola. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Selain kata garin, terdapat penyebutan kata Ajo untuk memangil tokoh Ajo Sidi. Ajo atau Uniang umum digunakan di daerah pesisir minang terutama di padang, padang pariaman, dan Maka dapat disimpulkan bahwa cerita pada cerpen ini terjadi di daerah Padang Pariaman. Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu Latar waktu peristiwa pada cerpen ini terjadi selama dua hari. Hal ini terlihat ketika tokoh aku mendatangi Kakek. Kemudian setelah hari itu tokoh Kakek diketemukan telah meninggal di waktu subuh. Sekali hari aku datang mengupah kepada Kakek. Biasanya kakek bergembira menerimaku, karena aku suka memberinya “Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur.”77 Latar sosial yang terjadi pada cerita yaitu keadaan masyarakat yang sangat senang mendengar dan membuat bualan dalam bentuk sindiran 73 Ibid., hlm. 1. 74Palito Alam, “dendeng Ciek Uda...Keapa Ikan Ciek Ajo” artikel di akses pada 19 Juli. http// 75 Robohnya Surau Kami. Jakarta Gramedia. 2010. hlm. 3. 76 Ibid., hlm. 2—3. 77 terhadap suatu hal. Hal ini juga terlihat karena masyarakat Pariaman memang sangat terkenal karena kemampuannya dalam menyindir dan Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi model orang untuk diejek dan ceritanya menjadi pameo akhirnya80 5. Tema Tema theme, menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita81. Tema dapat dibagi menjadi tema tradisional dan tema nontradisional. Pada umumnya tema tradisional merupakan tema yang digemari orang dengan status sosial apa pun, di manapun, dan kapanpun. Selain hal-hal yang bersifat tradisional, tema sebuah karya mungkin saja mengangkat sesuatu yang tidak lazim, katakan sesuatu yang bersifat nontradisional. Karena sifatnya yang nontradisional, tema yang demikian, mungkin tidak sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan, bahkan boleh jadi mengesalkan, mengecewakan atau berbagai reaksi afektif yang lain. Tema pada cerpen RSK karya Navis adalah Kelemahan Iman. Tema pada cerpen ini merupakan tema nontradisional karena akhir cerita pada cerpen ini tidak sesuai dengan harapan pembaca. Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, keserahkan kepada Allah subhanahu wataala. Tak 78 Idris, Soewardi, “ Navis dan Cerpen Dunia Akhirat.” Dalam Abrar Yusra, ed. Otobiografi Navis. Yogyakarta Pustaka Utama. 2008. hlm. 388. 79 hlm. 3. 80 Ibid. 81 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi Yogyakarya Gadjah Mada University Press, 2005, hlm. 67 pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku Di awal cerita seperti pada kutipan di atas cerpen ini memberikan harapan melalui tokoh utama protagonis bahwa tokoh protagonis ini merupakan perwujudan dari tokoh yang dapat dikagumi oleh pembaca namun pada akhir cerita hal yang mengecewakan terjadi yaitu tokoh utama protagonis melakukan perbuatan yang tidak diharapkan oleh pembaca yaitu bunuh diri. Perbuatan ini merupakan perbuatan melawan arus dari karakter nilai agama yang dimiliki oleh tokoh tersebut. “Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia mengguruh lehernya dengan pisau cukur.”83 Dari unsur-unsur intrinsik yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen ini menyajikan karakter tokoh yang kuat. Hal ini terlihat dari dialog-dialog tokoh yang sangat menggambarkan karakter tokoh tersebut. Karakter tokoh juga sangat mewakili watak dari realitas yang ada. Ini terkait pula dengan latar sosial yang ingin disampaika Navis yang menggambarkan keadaan sosial masyarakat Padang Pariaman pada masa itu senang mencemooh melalui bulannya. Dari ide tersebutlah navis mengangkatnya menjadi sebuah karya sastra. Action dari pergerakan alur di awal cerita sangat padat namun dari bagian konflik hingga penyelesaian menjadi sedikit lambat. Hal ini terkait mengenai penjelasan sebab dari pemunculan konflik pada awal cerita yang dijelaskan pada bagian klimaks menuju penyelesaian. Tidak hanya itu, di akhir cerita pun pembaca masih dikejutkan karena tokoh utama yang tidak sesuai dengan harapan pembaca. Tokoh utama mati dengan cara yang tidak diinginkan oleh pembaca yaitu bunuh diri. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa cerpen ini menyajikan hal yang baru bagi perkembangan sastra pada 82 hlm. 5. 83 masa itu mungkin hingga saat ini. maka, wajarlah jika cerpen ini menjadi salah satu cerpen yang fenomenal dan masih dikritisi hingga saat ini. b. Respons Pembaca Remaja Terhadap Cerpen Robohnya Surau Kami Karya Navis Dalam penelitian mengenai respons pembaca remaja peneliti menggunakan cerpen RSK karya Navis karena seperti yang telah disampaikan pada penjelasan sebelumnya cerpen RSK karya Navis merupakan cerpen yang respons pembaca remaja terhadap cerpen RSK karya Navis menggunakan dua jenis kuesioner. Kuesioner pertama dengan nama kuesioner A dan kuesioner kedua dengan nama kuesioner B. 1. Kuesioner A Kuesioner A menggunakan pengembangan suatu metodologi sebagai landasan untuk menentukan rasionalisasi value judgments yang diberikan pembaca terhadap suatu teks sastra. Alasan yang mendasari orientasi yang lebih diarahkan pada pembaca karena adanya kenyataan bahwa dari pembaca itulah kita harus membuktikan reaksi evaluatif. Dalam kuesioner ini terbagi dua pertanyaan. Pertama, mengenai frekuesi responden dalam membaca cerpen. Kedua, petanyaan berpusat pada kriteria apa yang digunakan pembaca sebagai dasar penilaian pembaca terhadap teks sastra khususnya cerpen dan apakah pembaca menentukan fungsi estetis suatu teks sastra sebagai hal yang dominan. Hal ini juga berkaitan erat dengan jenis pembaca yang jadi fokus penelitian ini. Maka diberikan pula penilaian mengenai tingkat kebiasaan pembaca dalam membaca cerpen. Tabel Pertanyaan Seberapa sering Anda membaca cerita pendek? No Pilihan jawaban Jumlah Persentase 1 Sangat Sering 2 10 2 Sering 5 25 3 Kadang-kadang 8 40 4 Jarang 5 25 5 Tidak Pernah Sama Sekali - - Jumlah 20 100 Dari Tabel terlihat bahwa 2 reponden dari 20 responden menyatakan bahwa sangat sering dalam membaca cerpen dan 5 responden menyatakan bahwa frekuesi sering menjadi pilihan dalam membaca cerpen. Responden terbanyak menyatakan hanya kadang-kadang dalam membaca cerpen dengan jumalah 8 responden dan 5 responden dari 20 responden menyatakan diri jarang dalam membaca cerpen. Pada kategori tidak pernah sama sekali, tidak ada responden yang memilih kategori tersebut. Dari persentase keseluruhan maka dapat dinyatakan dalam membaca cerpen kebanyakan dari responden memilih frekuensi kadang-kadang dengan jumlah persentase 40 persen. Sedangkan responden yang memprioritaskan kegiatan membaca yang diisi dengan membaca cerpen dengan frekuensi sangat seringa hanya 10 % dari 100 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca cerpen bagi responden bukan menjadi kegiatan membaca yang diprioritaskan. Responden lebih banyak memilih kegiatan membaca hal yang lain sebagai kegiatan utama membaca atau memang kegiatan membaca bukanlah menjadi prioritas dari kegiatan yang dikhususkan bagi responden. Tabel Pertanyaan Kriteria manakah yang menurut Anda harus terdapat dalam cerpen yang “baik”? a. Responden 1 Kriteria emosional No Jawaban 1 Menyentuh hati 2 Memiliki makna yang mendalam 3 Bisa memotivasi pembaca dengan baik 4 Dapat mempermainkan emosi pembaca dengan baik 5 Realistis dengan kehidupan nyata Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Diksi bagus 2 Kosakata beragam 3 Tidak kaku dalam bahasanya 4 Alur menarik dan membuat penasaran 5 Judul menarik b. Responden 2 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpen yang bisa membuat pembacanya terhanyut 2 Cerpen yang bisa membuat tegang 3 Cerpen yang bisa membuat penasaran 4 Cerpen yang bisa membuat terharu 5 Cerpen yang emosional Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Menggunakan gaya bahasa yang baku 2 Memuat alur maju ataupun mundur 3 Penyelesaian cerpen tidak menggantung 4 Memiliki bermacam-macam latar 5 Memiliki tokoh pendamping c. Responden 3 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang menarik pembaca kedalam suasana cerita 2 Yang bisa membuat menangis pembaca jika ceritanya sedih 3 Yang dapat memotivasi pembaca 4 Bisa menimbulkan rasa penasaran atau keingintahuan 5 Dapat membuat pembaca tertawa saat ada peristiwa lucu Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Alurnya jelas 2 Memiliki bahasa yang lugas dan mudah dipahami 3 Covernya menarik 4 Isinya tentang kehidupan nyata/sesuatu yang tidak biasa 5 Pemilihan karakternya harus cocok d. Responden 4 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang bisa membuat pembaca menghayati ceritanya 2 Mempunyai amanat yang bagus 3 Mempunyai pencitraan yang kuat 4 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Susunan stuktur ceritanya pas 2 Pemilihan diksinya pas 3 Penyusunan kalimatnya pas 4 5 e. Reponden 5 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang membuat perasaan sedih 2 Yang dapat membuat tokoh-tokohnya hidup atau kita bisa berimajinasi dari cerpen tersebut 3 Yang bisa membuat kita terhanyut dalam cerpen tersebut 4 Yang tokohnya seperti real di kehidupa nyata Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Yang temanya menarik 2 Bahasanya indah tetapi mudah dimengerti 3 Bahasanya puitis tapi jangan terlalu berat 4 5 f. Responden 6 Kriteria emosional No Jawaban 1 Punya pesan yang memotivasi 2 Membuat pembaca sedih dan hanyut dalam suasana 3 Membuat pembaca penasaran dengan endingnya 4 Bahasanya dapat membuat pembaca terbayang-bayang 5 Punya happy ending Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Bahasanya mudah dimengerti 2 Tersusun dengan urut sesuai kejadian sebenarnya 3 Tokohnya jelas 4 Suasananya bagus g. Responden 7 Kriteria emosional No Jawaban 1 Menumbuhkan semangat hidup 2 Menumbuhkan jiwa sosial 3 Menghilangkan amarah 4 Memberikan kesan romantis 5 Berakhir dengan senang Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Akhir cerita tidak menggantung 2 Tokoh yang kuat/ tegar 3 Menggunakan bahasa gaul 4 Tidak mengandung kata-kata kotor 5 Menggunakan gambar h. Responden 8 Kriteria emosional No Jawaban 1 Dapat mengubah-ubah perasaan 2 Dapat merasakan real cerita yang ditulis oleh penulis 3 Ending cerita tidak selalu bahagia 4 Tidak dalam kehidupan sehari-hari/ ceritanya jarang terjadi sehingga dapat membuat penasaran Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Tersirat 2 Ceritanya tidak terduga 3 Bahasa yang mudah dikenali 4 Tidak monoton jalan ceritanya 5 Banyak deskripsi/ keterangan perasaan, latar,dsb tergambar jelas i. Responden 9 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang selalu mengigatkan kita tentang Allah SWT dan kematian 2 Yang bisa memotivasi hidup 3 Yang membuat sedih 4 Yang mendidik 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Tidak bertele-tele 2 Temanya menarik 3 Judulnya menarik 4 Isinya membuat penasaran 5 Ada gambarnya j. Responsen 10 Kriteria emosional No Jawaban 1 Dapat memotivasi 2 Mampu membawa pembaca merasakan apa yang penulis rasakan dalam tulisannya 3 Tidak selalu happy ending, namun masalahnya yang ada dapat dijabarkan dengan jelas 4 Menyajikan banyak suasana hati 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Judulnya menarik tidak langsung menggambarkan apa isi dari cerpen 2 Masalah yang ditampilkan bukan masalah biasa 3 Menggunakan diksi dan ungkapan yang indah 4 Menyajikan kosakata baru, misalnya bahasa daerah atau bahasa asing disertai dengan arti 5 Diselipkan gambar/animasi yang menarik di cover ataupun sela-sela tulisan k. Responden 11 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang membuat penasaran 2 Yang membuat motivasi 3 Alur ceritanya menarik 4 Yang endingnya bahagia 5 Yang sulit ditebak ceritanya Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Gaya bahasanya enak 2 Temanya menarik 3 Alurnya menarik 4 Tokohnya sedikit 5 Latarnya tergambar dengan jelas l. Responden 12 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpen yang bisa membuat pembaca ikut merasakan ceritanya 2 Yang dapat membuat pembaca penasaran 3 Yang dapat membuat pembaca tegang 4 Yang dapat membuat pembaca memahami isinya 5 Yang dapat membuat pembaca berimajinasi Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Yang alurnya maju 2 Isi cerita mengandung nilai moral yang baik 3 Bahasanya mudah dipahami 4 Penyelesaiannya tidak menggantung 5 Mempunyai isi cerita yang menarik m. Responden 13 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang membuat pembacanya penasaran 2 Yang membuatpembacanya tersentuh dari kata demi katanya 3 Yang membuat pembacanya suka pada pelaku cerpennya 4 Yang membuat pembacanya tidak bosan 5 Yangh membuat perasaan pembaca senang atau tegang Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Yang mengandung amanat. Tidak perlu amanat yang terlalu tinggi tingkatannya, yang sederhana saja tetapi dilakukan di kehidupan sehari-hari 2 Yang temanya mencakup real kehidupan orang-orang umum 3 Yang masuk akal 4 Pelakunya tidak berlebihan 5 Paragraf demi paragraf cerita menyambung n. Responden 14 Kriteria emosional No Jawaban 1 Menarik orang membaca hanya dengan summary-nya atau kalimat pertamanya 2 Tidak mudah ditebak alurnya 3 Baik alur atau tokohnya membuat pembaca tersentuh 4 Pembaca dapat tertarik ke dalam dunia cerpen tersebut 5 Membuat pembaca berpikir apabila cerpen tersebut benar terjadi dalam dirinya terjadi Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Diksi yang baik 2 Satu paragraf rimanya sama 3 Ide yang standar namun dikemas atau dikembangkan dengan baik 4 Ide yang berbeda misalnya sejarah namun ditulis dengan alur yang cerdas yang tidak membosankan 5 Akhir yang tidak diduga dan tidak kalah dengan isi ceritanya sendiri o. Responden 15 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpen yang menyentuh hati 2 Cerpen yang membawa pembaca menjadi ikut terbawa dalam cerpen tersebut 3 Cerpen yang benar-benar mendeskripsikan tokoh dengan rinci agar dapat terbayang oleh si pembaca 4 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Alurnya maju atau mundur jangan campuran 2 Cerpen itu ada intisari atau pelajaran yang dapat diambil/dipelajari 3 4 5 p. Responden 16 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang penuh moral 2 Yang membuat penasaran 3 Yang membuat senang 4 Yang ceritanya membuat sedih 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Yang sulit ditebakk endingnya 2 Temanya bagus 3 Yang sususnan ceritanya hampir mirip kehidupan sendiri 4 5 q. Responden 17 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpen yang membuat sedih 2 Cerpen yang romantis 3 Cerpen yang memacu adrenalin 4 Cerpen yang menyentuh kalbu 5 Cerpen yang bertema kasih sayang Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Diksinya bagus 2 Isinya membuat kita berpikir 3 Penataannya bagus 4 Isinya tidak membingungkan 5 Penempatan kalimat bagus r. Responden 18 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang dapat membuat orang ketagihan dalam membacanya 2 Yang dapat membuat orang merealisasikannya dalam kehidupan nasihat yang baik 3 Yang dapat membuat orang sedih/ikut merasakan apa yang diceritakan di cerpen 4 Mengambil kisah tentang masalah sehari-hari dan membuat solusi yang mudah 5 Yang dapat dibaca oleh semua umur dan semua golongan manusia di dunia Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti jika menggunakan kata tidak baku 2 Membuat alur yang jelas kronologi jelas 3 Menggunakan imbuhan yang tepat 4 Menggunakan kata yang tidak menghamburkan kata 5 Pelakunya jelas s. Responden 19 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang dapat membakar perasaan pembaca sesuai dengan suasana dalam bacaan 2 Yang dapat membuat pembaca ‗galau mau berpihak pada protagonis atau antagonis 3 Menyimpan amanat yang mendalam namun tersirat 4 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Perangkaian kalimat yang cerdas 2 Pemilihan kata yang tepat 3 Penggambaran suasana yang realistis sehingga pembaca dapat segera menvisualisasikan dalam otak 4 Perangkaian urutan kemunculan masalah yang membuat eakan masalah tidsak pernah habis 5 Akhir cerita yang tidak diduga t. Responden 20 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpennya dapat membawa perasaan ikut serta dalam cerpen 2 Membuat penasaran dengan cerita selanjutnya 3 Membuat tertarik saat membaca pertama kali 4 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Temanya unik 2 Penggambaran tokohnya jelas 3 Penggambaran ceritanya jelas 4 5 Tabel menggambarkan dasar penilaian pembaca terhadap teks sastra yaitu cerpen. Dalam tabel ini responden diminta memberikan dasar kriteria cerpen yang baik menurut masing-masing reponden. Dasar kriteria ini dibagi menjadi dua bagian yaitu kriteria emosional dan kriteria intelektual. Penggambaran tabel ini menggunakan saran Alan C. Purves dalam buku Evaluasi Teks Sastra karya Rien T. Segers yang menyatakan bahwa dengan menanyakan pendapat mengenai kriteria cerpen ideal itu lebih memberikan harapan dari pada menanyakan daftar nama cerpen favorit Dari perkiraan saran Purves bahwa dua kategori yang paling besar dan penting dari kriteri sastra yaitu segi intelektual dan emosional. Maka, kriteria tersebut menjadi dasar penelitian tabel dalam kuesioner ini. Dari tabel dapat diambil simpulan yang digambarkan pada tabel dibawah ini. Tabel Kriteria Intelektual Kriteria Jumlah Pemunculan Kriteria Keterangan Bahasa 26 Pemilihan diksi Kosakata beragam Gaya bahasa 84 Segers., Evaluasi Teks Sastra, hlm. 108 dalam penulisan pernyataan tersebut lebih menggunakan bahasa penulis. Mudah dipahami Bahasa lugas Penyusunan kalimat yang baik Bahasa puitis Bahasa gaul Tidak kaku Pemunculan kosakata baru Penggunaan kata tidak baku Penggunaan imbuhan yang tepat
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 122337 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d8306517c2c0eab • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. “Robohnya Surau Kami” ini bercerita tentang seorang kakek yang hidupnya dihabiskan sebagai seorang penjaga surau Garin. Namun, karena suatu peristiwa, kakek penjaga surau itu meninggal bunuh diri dengan sangat mengenaskan. Penyebab tertekannya kondisi psikologis dari kakek penjaga surau itu sehingga nekat bunuh diri hanyalah sebuah cerita dari Ajo Sidi yang sedikit banyak sangat menyentuh kakek awalnya, surau yang dijaga oleh kakek adalah sebuah surau yang sangat teduh dan nyaman untuk bersembahyang. Keadaan begitu terbalik saat kakek penjaga surau itu telah meninggal dunia. Surau tersebut menjadi sebuah surau tua yang tidak lagi terawat dan sangat usang. Surau itu berubah menjadi tempat bermain anak-anak, dan yang lebih parah, bilik serta lantai kayu surau itu dijadikan sebagai persediaan kayu bakar bagi penduduk sekitar. Hal tidak mengenakkan ini berawal dari cerita Ajo Sidi tentang seorang yang di dunia taat beragama, yaitu Haji cerita Ajo Sidi, Haji Saleh adalah seorang yang taat menjalankan agama. Pada saat meninggal dunia, Haji Saleh serta orang-orang lainnya sedang menunggu giliran di akhirat untuk menerima penghakiman Tuhan untuk dimasukkan ke neraka atau ke surga. Saat gilirannya tiba, Haji Saleh tanpa rasa takut menjawab pertanyaan Tuhan tentang apa saja yang dilakukannya di dunia pada masa hidupnya. Haji Saleh dengan percaya diri berkata bahwa pada saat ia hidup di dunia, yang dilakukannya adalah memuji dan menyembah Tuhan, serta menjalankan ajaran agama dengan taat. Namun, Tuhan tidak memasukkan Haji Saleh ke surga, melainkan ke neraka. Di neraka, Haji Saleh bertemu juga dengan teman-temannya di dunia yang ibadahnya juga tidak kurang dari dirinya, bahkan ada juga orang yang sampai bergelar syekh. Akhirnya, karena tidak terima dengan keputusan Tuhan, orang-orang di neraka yang menganggap dirinya tidak pantas dimasukkan ke neraka itu melakukan aksi unjuk rasa kepada Tuhan. Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan pembicara bagi mereka. Sekali lagi, Tuhan menanyakan kepada mereka apa yang telah mereka lakukan di dunia. Mereka menjawab bahwa mereka semua adalah warga negara Indonesia yang taat beragama dan negaranya sangat kaya akan sumber daya alam, namun hasilnya sering di ambil oleh pihak asing. Lalu Tuhan menjawab kepada mereka, bahwa mereka semua hanya mementingkan diri mereka sendiri, karena selama hidup mereka hanya berdoa dan menyembah-Nya, tetapi tidak mempedulikan keadaan sekitar, sehingga banyak kekayaan negara mereka sendiri yang diambil oleh pihak asing, sedangkan anak cucu mereka sendiri hidupnya cerita Ajo Sidi itu, mungkin kakek penjaga surau itu merasa tersinggung dan terpukul. Karena selama hidupnya, kakek itu hanya menyembah dan memuji Tuhan, sampai-sampai tidak memiliki istri serta anak cucu. Kakek itu kemudian merasa marah dan tertekan lalu akhirnya memutuskan untuk bunuh Unsur-Unsur IntrinsikSebenarnya dari sinopsis di atas kita telah dapat menangkap secara jelas tema cerita dari “Robohnya Surau Kami” ini. Tema dari cerita ini adalah hidup yang dikehendaki Tuhan. Hidup yang dikehendaki Tuhan bukan saja hidup dengan menyembah dan memuji nama-Nya terus menerus dan menjalankan perintah agama dengan baik, melainkan juga hidup yang peka dengan keadaan sekitar. Karena beribadah saja tidaklah cukup. Beribadah harus dibarengi dengan kerja keras dan peduli akan keadaan sekitar khususnya anak cucu, keluarga, serta semua orang di sekitar yang kita ketahui bersama, bahwa menyembah dan memuji Tuhan serta nemnjalankan ajaran agama dengan taat bukanlah hal yang salah. Namun, terkadang manusia menjalankan ibadah dengan baik hanya supaya dirinya dapat masuk ke surga pada saat ia meninggal dunia. Hal tersebut sebenarnya adalah pemikiran yang sangat egois, dan dalam cerita “Robohnya Surau Kami” ini, Tuhan tidak suka akan manusia yang hidupnya hanya mementingkan diri sendiri. “Imbangilah ibadahmu yang baik dengan kerja keras untuk menyejahterakan hidupmu serta hidup keluarga, saudara, dan semua orang disekitarmu”, mungkin itulah pesan yang ingin disampaiakan oleh penulis melalui cerpen “Robohnya Surau Kami” karya Navis ini bersetting tempat di sebuah desa kecil, dimana dalam desa tersebut terdapat sebuah surau yang awalnya sangat teduh dan nyaman untuk beribadah, namun kini menjadi sangat usang karena telah ditinggalkan oleh sang penjaga surau. Keusangan surau itu melambangkan kemasabodohan manusia yang tidak mau lagi memelihara apa yang tidak dijaga lagi, seperti dalam kutipan cerpen berikut“Jika tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuan mencopoti pekayuannya. Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi.”Selain itu, cerpen ini juga bersetting tempat di akhirat dan neraka. Akhirat adalah tempat dimana Haji Saleh menunggu gilirannya untuk diadili Tuhan dalam cerita Ajo Sidi. Dan neraka adalah tempat bertemunya Haji Saleh dengan orang-orang yang taat beribadah lainnya, sehingga mereka melakukan unjuk rasa kepada Tuhan karena merasa tidak terima diri mereka dimasukkan ke segi penokohan, cerpen ini memuat tokoh-tokoh yang cukup sederhana namun dapat menunjukkan kekuatan dan ciri karakter tokohnya masing-masing. Terdapat empat tokoh yang muncul dalam cerpen ini, yaitu kakek, aku, Ajo Sidi, Haji Saleh, istri tokoh aku, dan istri Ajo adalah tokoh utama protagonis dalam cerpen ini. Tokoh kakek digambarkan sebagai seorang tua penjaga surau yang sangat taat dalam menjalankan ajaran agama. Ia memberikan seluruh hidupnya hanya untuk beribadah dan menjaga surau tersebut. Kakek adalah orang yang sangat sederhana dan tidak pernah hidup berlebihan. Kehidupannya hanya ditopang dengan pemberian sukarela dari penduduk setempat ataupun yang berkunjung ke surau yang dijaganya itu. Namun sayang, tokoh kakek memiliki kondisi psikologis yang kurang kuat. Saat Ajo Sidi menceritakan cerita tentang Haji Saleh, tokoh kakek langsung hancur keteguhan hatinya. Kakek merasa bahwa semua yang dikorbankannya dalam hidupnya hanya untuk beribadah, menurut cerita Ajo Sidi, semuanya tidaklah benar-benar sesuai dengan kehendak Tuhan. Tokoh kakek yang merasa semua pengorbanannya tidak berguna, merasa marah kepada Ajo Sidi, walaupun kakek menyangkalnya saat ditanya oleh tokoh aku. Namun menurut saya sendiri, tokoh kakek sebenarnya marah kepada dirinya sendiri, karena ia ternyata telah salah. Kakek mengorbankan hidupnya untuk sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu dikehendaki oleh Tuhan. Sehingga akhirnya kakek memutuskan untuk bunuh terdapat tokoh aku yang berkedudukan sebagai deutragonis tokoh yang berpihak pada protagonis. Tokoh aku ini memiliki kepribadian yang menurut saya masih sangat kekanak-kanakan. Ia memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan masih cenderung mengikuti emosinya saat bertindak dan berpikir, tanpa menimbang masak-masak mana yang seharusnya dilakukan atau dan tidak dilakukan. Misalnya saat mendengar berita bahwa kakek telah meninggal, tokoh aku secara emosional langsung menganggap bahwa Ajo Sidi-lah yang bersalah, seperti terlihat dalam kutipan dialog antara berikut“Ya. Tadi subuh kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang sangat mengerikan sekali. Ia menggorok lehernya sendiri dengan pisau cukur”“Astaga! Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang selanjutnya yang muncul dalam cerita ini adalah Ajo Sidi. Ajo Sidi merupakan tokoh antagonis dalam cerita ini. Ia yang menceritakan kisah tentang Haji Saleh yang membuat kakek sangat terpukul dan akhirnya bunuh diri. Ajo Sidi sebenarnya memiliki watak yang baik, yakni sering mengingatkan para tokoh masyarakat yang hidupnya dirasa kurang baik. Ajo Sidi suka menyindir orang lain dengan menggunakan cerita-cerita perumpamaan. Banyak pula masyarakat yang terpengaruh oleh ceritanya, karena dianggap sangat “mengena”.Haji Saleh merupakan tokoh rekaan dari Ajo Sidi. Ajo Sidi menggunakan karakter Haji Saleh untuk menggambarkan orang-orang yang telah merasa dirinya adalah orang yang sangat dikehendaki oleh Tuhan, banyak pahala, dan telah melaksanakan semua ajaran agama dengan taat. Hal itu membuat Haji Saleh bersikap sombong pada saat menunggu pengadilan Tuhan. Ia mencibir kepada orang-orang yang dimasukkan ke neraka, dan melambai senang kepada orang yang masuk ke surga. Padahal, dirinya sendiri dimasukkan ke neraka oleh Tuhan karena hidupnya dianggap terlalu egois dan tidak memedulikan kesejahteraan orang-orang selanjutnya yang terdapat dalam cerita ini adalah istri dari tokoh aku serta istri dari Ajo Sidi. Namun, kehadiran dua tokoh itu tidak terlalu penting dalam cerita ini, karena kehadirannya yang hanya sebagai pelengkap dan hanya muncul sebentar di dalam cerita ini, sehingga saya tidak akan cerita ini memiliki alur maju mundur. Hal ini terjadi karena dipertengahan cerita, tokoh kakek menceritakan kembali tentang kejadian Ajo Sidi yang bercerita tentang Haji umum, cerpen “Robohnya Surau Kami” karya Navis ini memiliki cerita yang sangat unik dan menarik. Cerita ini dikemas secara sederhana, namun penuh makna dan kritik atas kehidupan manusia pada jaman modern ini. Di mana manusia berlomba-lomba untuk memnuhi kepentingannya sendiri, bahkan dalam masalah agama. Manusia menjalankan agamanya dengan baik dan taat hanya agar dirinya dapat masuk surga. Manusia memuji Tuhannya tidak lagi dengan hati yang tulus karena mencintai-Nya, melainkan hanya agar memperoleh pahala dan semakin mudah jalannya untuk masuk ke surga. Sangat mengenaskan dan memprihatinkan memang, tapi itulah kenyataan pada masa kini yang berhasil ditangkap oleh Navis dan dituangkankannya ke dalam cerita ini. Lihat Bahasa Selengkapnya
Ringkasan novel Robohnya Surau Kami Robohnya Surau Kami Navis A. Ringkasan Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis ,Tuan akan berhenti di dekat pasar . Melangkah lah menyusuri jalan raya arah ke barat . Maka kira - kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampung ku . Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang orang tua yang biasanya duduk disana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat . Sudah bertahun-tahun ia menjaga surau itu. Orang - orang biasa memanggilnya Kakek . Sebagai penjaga surau, kakek itu tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali sejumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasil pemungutan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantar kan fitrah ID kepadanya Kakek itu biasa di kenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaan nya itu. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah meminta imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan biasa yang biasa minta tolong mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Dan para laki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang juga uang. Tapi yang lebih sering diterimannya ialah ucapan terimah kasih dan sedikit memperlihatkan senyuman kepadanya. Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang . Ia sudah meninggal . Dan tinggalah surau itu tanpa penjaganya. Hingga terkadang anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan segala hal apa yang mereka sukai. Dan peremouan yang kehabisan kayu bakar, sering suka mencopotin papan dinding atau lantai di malam hari. Jika orang lain datang sekarang , hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian surau tersebut yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat mungkin anak-anak yang bermain di dalamnya, secepat perempuan mencopoti sifat ketidak pedulian manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi. Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah cerita yang tak dapat diketahui tentang kebenarannya. B. Keunggulan Novel Keunggulan cerpen ini dari segi bahasa mudah dimengerti. Dari segi amanat cerpen ini memiliki pesan yang sangat religius dan dalam. B. Kelemahan Novel Kelemahan cerpen ini pemilihan kata masih banyak yang kurang baik. Dan dalam judulnya terdapat kata 'surau'. Kata surau’ identik dengan tempat beribadah umat muslim. Sehingga bagi pembaca awam yang memeluk agama non muslim merasa cerpen ini diperuntukan hanya untuk umat muslim saja. Jika ingin mengakses Ringkasan Novel Harimau-harimau Anda dapat menyalin link berikut
Resensi Cerpen "Robohnya Surau Kami" Judul Robohnya Surau Kami Tahun Cetakan ke empat belas, Januari 2008 Penerbit Gramedia Pustaka Utama Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut sebagai Garin. Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang paling pokok yang membuatnya bisa bertahan, yaitu dia masih mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue atau rokok. Kehidupan orang ini agaknya monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat perbincangan yang mengasyikan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih, dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya. Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan ? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya. Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau dia tetap pergi bekerja. • Keagamaan berisi petuah untuk beribadah tanpa menginggalkan kewajiban untuk bermasyarakat dan bekerja. • Kepemimpinan berisi kisah kepala keluarga yang lalai dalam menjaga keluarganya. Navis pengarang ini seperti ingin mengingatkan kita yang seringkali berpuas diri dalam ibadah, tapi sesungguhnya lupa memaknai ibadah itu sendiri. Kita rajin shalat, mengaji dan kegiatan ritual keagamaan lainnya karena kita takut masuk neraka. Kita menginginkan pahala dan keselamatan hanya untuk diri kita sendiri. Kita melupakan kebutuhan orang lain. Karenanya kita tidak merasa berdosa dan bersalah ketika mengambil hak orang lain, menyakiti perasaan sesama atau bahkan melakukan ketidakjujuran dan kemaksiatan di muka bumi. Beliau ingin mengajak kita menyeimbangkan antara hak dan kewajiban kita di mata Tuhan. Keselarasan harus tercipta karena itu adalah nyawa mengenai ketentraman hidup. • Latar Tempat kota, dekat pasar, di surau, dan sebagainya. • Latar Waktu Beberapa tahun yang lalu, pada suatu waktu. • Latar Sosial menggambarkan keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, kebiasaannya, cara hidup, dan bahasa. Alur cerpen Robohnya Surau Kami adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Sedangkan strukturnya berupa bagian awal, tengah, dan akhir. Adapun alur mundurnya mulai muncul di akhir bagian awal dan berakhir di awal bagian akhir. a Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain. Tokoh ini begitu berperan karena sebar tau dalam cerpen ini. b Ajo Sidi berwatak orang yang suka membual. c Kakek berwatak orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain dan lemah imannya. d Haji Soleh berwatak orang yang terlalu mementingkan diri sendiri. Di dalam cerpen ini pengarang memposisikan dirinya dalam cerita ini sebagi tokoh utama atau acuan sertaan sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita dan ini terasa pada bagian awal cerita. Di dalam cerpen ini ternyata pengarang menggunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam bidang keagamaan Islam, seperti garin, Allah Subhanau Wataala, Alhamdulillah, Astagfirullah, Masya-Allah, Akhirat, Tawakal, dosa dan pahala, Surga, Tuhan, beribadat menyembah-Mu, berdoa, menginsyafkan umat-Mu, hamba-Mu, kitab-Mu, Malaikat, neraka, haji, Syekh, dan Surau serta fitrah Id, juga Sedekah. Selain ini, pengarang pun menggunakan pula simbol dan majas. Simbol yang terdapat dalam cerpen ini tampak jelas pula judulnya, yakni Robohnya Surau Kami. Sedangkan majas yang digunakan dalam cerpen ini di antaranya majas alegori karena di dalam cerita ini cara berceritanya menggunakan lambang. Di dalam cerpen ini pengarang benar-benar memanfaatkan kata-kata. Gaya bahasanya sulit di pahami, gaya bahasanya menarik dan pemilihan katanya pun dapat memperkaya kosa kata siswa dalam hal bidang keagaman. Kita harus saling membantu jika orang lain dalam kesusahan karena pada hakekatnya kita adalah makhluk sosial. Kita sebagai sesama manusia hendaknya jangan saling mengejek atau menghina orang lain tetapi harus saling menghormati. Kita harus selau malakukan kehendak Allah dan jangan melakukan hal yang dilarang oleh-Nya seperti bunuh diri, mencemooh dan berbohong. Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha dengan sekuat tenaga dan selalu berdoa. Kita harus menjalankan segala perintah Tuhan dan memegang teguh nilai- nilai dalam masyarakat. Keunggulan dari cerita robohnya surau kami terletak pada bagaimana Navis mengakhiri cerita dengan kejadian yang tak terduga, lalu pada teknik penceritaan yang tidak biasa pada saat itu, tidak biasanya karena Navis menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain. Bahkan di sana terjadi dialog antara tokoh manusia dengan Sang Maha Pencipta. Kelemahannya terletak pada gaya bahasa yang terlalu tinggi, sehingga sulit untuk dibaca.
ringkasan cerita robohnya surau kami